Kegiatan Menyemai Bibit

setelah bibit padi berumur 15 - 23 hari, selanjutnya ibu-ibu petani menyemainya di sawah

Judul 1x

Go to Blogger edit html and find these sentences.Di rubah oleh mr. kamil.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 29 Juni 2015

KEDAI 'NENG AIS' BERBAGI CERITA


EDISI “HARI PERTAMA YANG BERSEMANGAT’
Hari - hari menjelang Ramadan datang, crew kedai “neng Ais” sibuk searching dan googling menu - menu yang pas, dicoba-coba di dapur, diincip – incipkan ke tetangga kanan-kiri sambil woro-woro,” kedai “neng Ais’ akan ikutan bazaar, di arlan (Arek Lancor) selama Ramadan.” Et… tak lupa pula, cuaca yang saat ini panas juga menjadi pertimbangan. Diatas semuanya, yang utama, semua crew sepakat, aneka ta’jil kedai “Neng Ais” haruslah jajanan sehat. Dan menu krupuk Ikan ‘Neng Ais’ harus senantiasa ‘ready in stock’ serta nangkring ciamik di display stand bazaar kali ini.

**********
 Hari itu pun tiba. Hari ke 1, semua semangat full. Pagi – pagi, adik ipar yang mengkoordinir  pengadaan berbagai  bahan baku ta’jil bergegas ke pasar. Bahkan lebih pagi dari hari-hari biasa ke pasar. Di pagi lengang itu, di waktu hampir banyak orang masih melanjutkan tidur ba’da subuh, bahkan ada yang setelah sahur lelap lagi dan sholat subuhnya nyaris nanar terkikis sinar mentari pagi  itu, dia bergelora memacu motornya ke pasar, mencari semua bahan yang dibutuhkan.
Sementara di dapur, pagi buta itu pula, mesin sanyo meraung,”shueeeeeng……..  shuueeeeeeeeeeeeng ……. sheng………”  semburat suara air tumpah dari kran, “chuuuuussss… cuuussss…… chusssss..” dan “klitak-klituk…. Klituk….. klitaaaakkkk,  ting…… ting…” denting piring, sendok, sutil, panci, serta alat - alat memasak lainnya di tempat ‘ra-kora’an rame terdengat. Istri dan Emma’, mertuaku tak kalah gesit mempersiapkan segala peralatan memasaknya.
Saya kebagian menunggui Arlan, meyiapkan design banner, memesankan banner ke percetakan serta mengangkut meja kursi dan tempat pajangan (display) ke lokasi bazaar. Berdasar informasi, lotre penentuan stand bazaar di arlan dilakukan pagi itu. Sekitar jam 7.00  s.d jam 12.30, saya di arlan, menantikan pe’lotre’an yang tak kunjung dilakukan. Sebentar ke percetakan, sesekali  mengangkut meja dan tempat pajangan, akhirnya beres. “Alhamdullillah.”

************

Hari itu pun tiba. Jam 14.30, semua sajian kedai ‘Neng Ais’ siap. Dengan diangkut tiga motor boncengan, ta’jil diantar ke lokasi bazaar romadan, di arek lancor, area car freeday, di bagian selatan yang rindang, baris utara, menghadap ke selatan, dibagian tengah, deretan tenda bank Jatim, ta’jil kendai ‘Neng Ais’ dengan varian menu sederhana: krupuk Ikan, es pelangi, es ceria Ramadan, settop, pepes tongkol, botok tahu tempe, kare ayam kampong, ayam panggang, kue mentu, kleppon cettot dari ubi ungu, urap – urap tongkol pisang, dan lain-lain menyapa setiap pengunjung yang berlalu-lalang. Sayang, pengunjung tidak seramai yang dibayangkan. Mungkin karena hari pertama. Banyak stand juga tidak buka. Yang membuat terhibur, bupati pamekasan bersama keluarga menyempatkan ngabuburit dan menyapa setiap stand yang bertebaran bak cendawan di musim hujan, disepanjang Arek Lancor sore kala itu.