Kegiatan Menyemai Bibit

setelah bibit padi berumur 15 - 23 hari, selanjutnya ibu-ibu petani menyemainya di sawah

Judul 1x

Go to Blogger edit html and find these sentences.Di rubah oleh mr. kamil.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 14 Februari 2017

TERSESAT DI RIMBA BAZAR

Hasil gambar untuk gambar arek lancor
Hingga masuk pertengahan puasa, hari ke 14 ini, ada saja cerita kawan yang mengalami kesulitan, tak kunjung menjumpai stand bazaar kedai ‘Neng Ais’. “ jadi kasihan. Tapi terharu pula, ah..” Mereka muter – muter, mengitari seluruh kawasan Arek Lacor. Mereka tersesat hinga komandang adzan maghrib menggemma,”Allahu akbar, Allahu akbar…….” Alhamdulillah. Puasa hari ini pun usai.

******
Disini, di Arek lancor, pada saat bulan puasa seperti sekarang tumpah plek dengan beragam aktivitas warga. Dengan sendirinya beragam kegiatan itu terbagi – bagi kedalam beberapa zona. Ada zona tengah, ada zona barat, zona timur, dan zona car freeday. Masih ada zona – zona lain, kawasan yang zonasenya tak umum, cenderung minor, namun menjadi pemantik  daya tarik pengunjung singgah di arlan, terserak di berbagai sudut – sudut Arek Lancor.
Pada bagian tengah, yang mudah terjangkau sepemandangan mata itu, dekat bundaran monomen Arlan merupakan center area. Biasanya setiap pengunjung menjadikannya singgahan pertama menapaki aktivitasnya. Disana, membentang dari timur ke barat, dua baris tenda panjang, dibawahnya berderet stand – stand aneka panganan ta’jil. Sayang, perhatian pengunjung terpecah dengan banyak pengguna sepeda motor dan anak-anak yang bermain scuter berseleweran, menerobos, kerumunan pengunjung.”Eeet….. brok.”
Zona barat dan timur saya anggap sebagai kawasan bisnis konvensional Arlan. Tanpa stand khusus, Para pedagang semi permanen itu, memodifikasi grobak, lapak – lapak tempat jualannya agar praktis dibawa dan dipindah – pindah. Kita dapat menemukan menempatkannya tak rapi, terkesan semaunya yang praktis arlan yang hampir setiap waktu dari pagi sampai malam,

Sedangkan kawasan selatan, area car freeday, area dimana kedai ‘Neng Ais’ berada merupakan  yang berderet tenda, tenda ukuran 2 meter Ada Seolah tanpa ada penentuan area atau kawasan secara tegas, karena sepertinya memang belum ada penataan yang baik. maupun  Ada area panganan, permainan, space bercengkrama keluarga, sahabat, atau pun pasangan muda-mudi  zona timur Menelisik dari satu stand ke stand lain. Berusaha Mencari tahu bukan saja banner yang terpampang, berusaha mengenali wajah penjual, penunggunya barangkali ada yang dikenalinya. Sesekali tersipu malu ditawari panganan – panganan yang terserak di semua stand.  metersesat Pulang dari bazaar romadhan di Arlan pada hari ke 3 itu. Diawali buka puasa bersama keluarga dan crew kedai ‘Neng ais’ di ruang makan keluarga. Berbagi cerita dan peristiwa selama 3 hari berjualan ta’jil    Lepas shalat maghrib yang pendek. keberapa. “Clunk…” hpku berbunyi. 1 kiriman sms, menyembul di layarnya. “ wah, sulit juga sampai ke stand kedai ‘Neng Ais’. Aq muter- muter seluruh stand 

ANTING - ANTING YANG HILANG


Sekitar jam 12, siang itu, Saat semua sibuk menyiapkan menu kedai “Neng Ais” untuk bazaar Ramadan H 11. Najwa, anak ke 3 kami, adiknya si Ais, umur 2,8 tahun, mendatangi kita di dapur.
“Habij, habij, habij nih,” katanya sambil memegangi teliganya.
“Apanya, ning. Apanya, ning?” Tanya Emma. Dengan berlimpah kasih, diambil cucu bungsunya itu lalu direbahkan disimpuhannya.
“Nih…. nih… nih.” Putri kecilku yang lucu itu, menunjuk -  nunjuk dan melintir -  lintir telinga kanannya.
“aaah… kemana antingnya, kok dak ada.” Seru mertuaku itu.
Semua kesibukan terhenti sebentar mendengar seruan itu. Semuanya tertuju pada si kecil. Kuhampiri si bungsu itu. Kurangkul, kugendong dan kucium-ciumi pipi cute nya hingga dia geli, menggeliat, tertawa-tawa. Gemmes. Dia dah tenang.
” Habis dimana, dik. Dimana, cayang” Selidikku. memancing ujarannya. Mencoba merunut peristiwa kemungkinan tempat anting itu jatuh
“dicana, di main. Acu main dicana. Pas… pass habij.” Tangannya yang lentik menunjuk-nunjuk. Aku ditarik, ditunjukkan semua tempat dimana dia bermain. Hingga bosan atau lelah menderanya. Lalu mengajaknya bobo siang.

“Ah…… Alhamdulillah, dah bobo.” Syukur kupanjatkan pada-Mu. Yaa… Robb.